tk17teladan.sch.id - Dermatologi dilihat dari Ilmu Kedokteran secara umum sangat berhubungan erat dengan penyakit yanga ada di dalam kulit. Kulit adalah bagian luar dari tubuh kita yang harus dijaga agar tidak dapat dirusak oleh gangguan sekitar lingkungan. Pentingnya kulit bagi fisiologi tubuh secara umum dapat ditunjukkan dengan melihat dari timbulnya gangguan-gangguan sistemik yang serius pada kerusakan kulit yang berat misalnya akibat luka bakar atau pada dermatitis eksoliatifa menyeluruh. Dermatologi dan pengertian tentang penyakit kulit sangat tergantung pada pengertian tentang mekanisme dasar dari biologi kutaneus. Penelitian dalam bidang dermatologi telah mengambil bagian dalam revolusi biologi molekuler dan memusatkan penyelidikan ilmiah yang mendasar tentang susunan kutaneus, dan hal tersebut telah dapat memberikan jawaban-jawaban yang penting dalam pemahaman dan pengobatan penyakit kulit. Penelitian dermatologi yang mendasar tidak saja digunakan secara langsung pada penyakit kulit, penyembuhan luka, dan penuaan kulit, tetapi juga memberikan kemampuan yang unik dalam pemahaman tentang cara membaca kelainan kulit berdasarkan proses-proses peradangan, kelainan-kelainan metabolik dan lainnya, sehingga kita mampu mendiagnosis penyakit dengan benar.
Penyakit infeksi kulit karena virus dapat terjadi pada semua usia, tetapi lebih banyak pada anak-anak. Virus dapat menyebabkan timbulnya lesi kulit sebagai hasil dari replikasi virus di epidermis atau sebagai efek sekunder replikasi virus di tempat lain pada tubuh.
Kulit merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai pertahanan yang terus menerus terpengaruh oleh lingkungan luar dan selalu beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Struktur kulit dewasa dan anak sama, tetapi kulit anak lebih peka dan fungsinya belum berkembang dengan sempurna sehingga memudahkan terjadinya infeksi kulit baik oleh bakteri, jamur maupun virus. Infeksi tersebut sering memberikan gejala klinis yang berbeda dengan orang dewasa sehingga menyulit-kan dalam menegakkan diagnosis.
Infeksi Kulit Karena Virus Pada Anak-Anak
Hampir semua anak pasti pernah mengalami infeksi kulit. Infeksi kulit dapat dicetuskan oleh beberapa hal, antara lain: kondisi imunologik, keutuhan kulit, status gizi, faktor lingkungan (panas dan kelembaban), dan kurangnya sanitasi dan higiene.
Virus adalah organisme ultramikros-kopik yang berkembang dalam sel yang hidup. Virus memiliki 3 jalan untuk menginfeksi kulit yaitu: autoinokulasi langsung, penyebaran lokal dari infeksi internal, dan lewat infeksi sistemik. Lesi kulit merupakan tanda khas dari beberapa penyakit akibat virus. Virus dapat menyebabkan manifestasi mukokutaneus sebagai hasil dari replikasi virus di epidermis atau pun sebagai efek sekunder dari replikasi virus di tempat lain pada tubuh.5-6 Manifestasi lesi kulit dari infeksi virus dapat bervariasi mulai dari yang paling spesifik seperti vesikel dari herpes zoster sampai yang paling umum seperti urtikaria.
Penyakit infeksi kulit karena virus dapat terjadi pada segala usia, tetapi lebih banyak terjadi pada anak-anak, terutama pada usia sekolah. Hal ini dapat disebabkan aktivitas anak yang tinggi sehingga mempermudah untuk terkontak dengan agen penyebab infeksi
Ada beberapa penyakit kulit pada anak yang umumnya sering kita temukan. Apa saja? Yuk, simak ulasannya di bawah ini:
1. Varisela dan Herpes Zoster (HZ)
Penyakit kulit pada anak yang pertama adalah varisela dan herpes zoster (HZ). Virus varisela zoster (VVZ) termasuk dalam keluarga virus herpes (herpesviridae) yang secara primer menyebabkan varisela (cacar air). Sedangkan reaktivasi VVZ menyebabkan herpes zoster (cacar ular atau cacar api) pada Si Kecil. “Varisela sangat menular dan terutama mengenai anak-anak," dr. Vinia Ardiani Permata, Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin RS Pondok Indah, Jakarta Selatan. "Kurang lebih 90 persen kasus terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan kurang dari 5 persen terjadi pada usia lebih dari 15 tahun,” tambahnya.
Penularan varisela dapat melalui kontak langsung dengan kulit penderita lain, tetapi terutama melalui udara (droplet infection). Gejala cacar air meliputi bercak kemerahan pada kulit yang berubah menjadi bintil berisi cairan dan akhirnya mengering menjadi keropeng. Kelainan kulit ini bisa timbul di seluruh tubuh. Jika anak terinfeksi penyakit ini, ia akan merasakan nyeri kepala, dan nyeri otot, tidak nafsu makan. Kondisi ini sering disertai demam. Penyakit kulit pada anak satu ini umumnya menyerang anak dengan daya tahan tubuh rendah. Virus ini selanjutnya dapat aktif kembali dan menimbulkan herpes zoster.
Kondisi ini tidak terjadi pada semua orang yang sebelumnya pernah mengalami varisela/VVZ. Penyakit kulit pada anak ini umumnya terjadi pada orang tua, tetapi dapat pula terjadi pada anak-anak. Kejadian HZ pada anak dengan imunitas baik sangat rendah, tetapi pada anak dengan imunitas yang terganggu lebih sering terjadi.
Gejala utama herpes zoster (HZ) adalah munculnya bintil berisi cairan di satu sisi tubuh, terfokus pada area tertentu, dengan kulit di sekitarnya yang bengkak dan kemerahan. Bintil tersebut terasa nyeri seperti terbakar, kaku, dan kesemutan. Kondisi ini semakin parah bila tersentuh.
Pengobatan Varisela dan Herpes Zoster:
Pada anak yang menderita varisela dan HZ dengan daya tahan tubuh yang baik, gejala yang didapat biasanya ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya (swasirna). Untuk mengurangi gatal dapat diberikan losion kalamin dan obat antihistamin minum.
Bila penyakit kulit pada anak ini masih berbentuk vesikel (gelembung berisi cairan) dapat diberikan bedak yang mengandung anti gatal (misalnya mentol). Bila vesikel sudah pecah dan berbentuk krusta (cairan yang mengering) dapat diberikan salap antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder karena bakterial. Jika anak demam dapat diberikan obat penurun panas. Obat antivirus diberikan pada varisela dan herpes zoster dengan berbagai kriteria berikut:
- Gejala yang berat
- Anak dengan daya tahan tubuh yang kurang
- Pada kasus yang berulang
- Pada anak usia di atas 13 tahun (pubertas) yang ada kebutuhan untuk mempercepat penyembuhan (anak menghadapi ujian)
2. Dermatitis Atopik
Penyakit kulit pada anak yang selanjutnya adalah dermatitis atopik (DA) atau memiliki nama lain eksim. Dermatitis atopik (DA) adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif (terlihat), dipengaruhi oleh faktor lingkungan, disertai gatal yang umumnya terjadi selama masa bayi dan anak-anak. Faktor risiko yang berkaitan dengan dermatitis atopik di antaranya:
- Genetik: Penyakit ini cenderung diturunkan dalam keluarga.
- Sosioekonomi: Kondisi ini lebih banyak dijumpai pada status sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan status sosial yang lebih rendah.
- Laktasi: Semakin lama mendapat air susu ibu, semakin kecil kemungkinan untuk mendapat DA.
- Pengenalan makanan padat terlalu dini (sebelum usia 4 bulan): Ini akan meningkatkan angka eksim sebesar 1,6 kali.
- Polusi lingkungan, antara lain daerah industri dengan peningkatan polusi udara.
Gejala utama penyakit kulit pada anak ini adalah gatal, dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari. Anak yang terganggu tidurnya akan terus menggaruk, menyebabkan berbagai kelainan kulit seperti bintil-bintil, lenting berisi cairan, dan kulit meradang.
Akibat garukan, muncul luka lecet, luka basah, keropeng/koreng, penebalan kulit, dan kulit bersisik. “DA yang timbul pada bayi usia 2 bulan sampai 2 tahun, kelainan kulit bermula di muka (pipi dan dahi). Kemudian meluas ke tempat lain yaitu kulit kepala, leher, pergelangan tangan, lengan, dan tungkai,”
Perawatan dan Pengobatan Dermatitis Atopik
- Memberikan pelembap karena kulit cenderung sangat kering
- Mandi dua kali sehari dengan pembersih/sabun yang mengandung pelembab, dan mempunyai pH netral, hindari pembersih antiseptik/antibakterial
- Gunakan pelembap secara rutin segera setelah mandi minimal dua kali sehari
3. Pioderma
Penyakit kulit pada anak selanjutnya adalah pioderma. Pioderma merupakan suatu infeksi bakteri kulit yang sering dialami anak-anak yang disebabkan oleh Staphylococcus dan Streptococcus atau oleh kedua-duanya. Faktor yang cenderung membuat terjadinya pioderma pada anak di antaranya:
- Higienitas yang kurang
- Menurunnya daya tahan tubuh (misalnya, kekurangan gizi, anemia, penyakit kronik, kencing manis, kanker)
- Telah ada penyakit lain di kulit (karena terjadi kerusakan di epidermis/ bagian kulit terluar, maka fungsi kulit sebagai pelindung akan terganggu sehingga memudahkan terjadinya infeksi
- Obesitas
Jenis pioderma pada anak ada beberapa, yaitu:
- Impetigo krustosa, kemerahan dan lenting berisi cairan yang cepat memecah, menimbulkan keropeng/koreng tebal berwarna kuning seperti madu. Lokasi di muka yakni di sekitar lubang hidung dan mulut.
- Impetigo bulosa, kemerahan, lenting berisi cairan yang lebih besar dari 0,5 cm, dan berisi nanah. Lokasi di ketiak, dada, dan punggung.
- Ektima, koreng/keropeng tebal berwarna kuning, biasanya berlokasi di tungkai bawah, yaitu tempat yang relatif banyak mendapat trauma.
- Folikulitis (radang folikel rambut), beberapa bintil berwarna kemerahan atau putih kekuningan berisi nanah (bisul kecil), di tengahnya terdapat rambut. Berlokasi di tungkai bawah di area berambut.
- Furunkel/karbunkel (radang folikel rambut dan sekitarnya), jika lebih dari satu disebut furunkulosis. Karbunkel merupakan kumpulan dari furunkel yang bergabung menjadi satu bentol kemerahan berbentuk kerucut, di tengahnya terdapat nanah (bisul lebih besar).
- Abses kelenjar keringat (infeksi pada kelenjar keringat), bentol kemerahan, berbentuk kubah, multipel, tidak nyeri dan lama memecah. Lokasinya di kulit yang banyak keringat.
“Untuk mencegah terjadinya pioderma, sangat penting untuk menjaga higenitas anak (rutin mandi dan mengganti baju); dan memberikan gizi yang baik sehingga anak memiliki daya tahan tubuh yang baik,”
Agar tidak terserang penyakit kulit pada anak, kesehatan kulit anak juga harus dijaga, sehingga, kulit sebagai pelindung tubuh dapat berfungsi dengan baik.
4. Skabies
Penyakit kulit pada anak selanjutnya adalah skabies atau kudis. Skabies adalah kelainan kulit yang disebabkan infestasi dan sensitisasi oleh kutu Sarcoptes scabiei. Skabies dapat diderita oleh semua orang tanpa membedakan usia dan jenis kelamin, akan tetapi lebih sering ditemukan pada bayi, anak-anak usia sekolah, dan remaja.
Transmisi atau perpindahan skabies antar penderita dapat berlangsung melalui kontak langsung (kontak kulit dengan kulit) dengan akrab dan erat serta kontak kulit yang cukup lama. Hal ini dapat terjadi bila hidup dan tidur bersama.
Selain, itu juga dapat melalui kontak tidak langsung, yaitu melalui pakaian yang digunakan bersama, handuk, sprei, bantal, atau alat mandi yang tidak terpisah. Gejala klinis utama penyakit kulit pada anak ini adalah rasa gatal, terutama dirasakan pada malam hari, saat cuaca panas serta pasien berkeringat.
Gambaran kelainan kulit berupa bintil, bintil berisi cairan jernih atau nanah. Terkadang terdapat luka lecet akibat garukan dan kelainan kulit seperti terowongan berwarna abu-abu. Pada anak-anak usia kurang dari dua tahun, kelainan kulit cenderung di seluruh tubuh, terutama kepala, leher, telapak tangan, dan kaki.
Pada bayi, lesi dapat ditemukan di muka dan kulit kepala, terutama yang minum air susu ibu dari ibu yang menderita skabies.
Tips Mencegah dan Menangani Skabies
Penderita dianjurkan untuk menjaga kebersihan dengan mandi secara teratur setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus dicuci secara teratur dan bila perlu direndam air panas.
Anggota keluarga, terutama bayi dan anak-anak, berisiko tinggi tertular penyakit kulit ini dan harus menjaga kebersihan serta menghindari kontak langsung untuk sementara waktu. Selain itu juga ditekankan untuk mengobati semua anggota keluarga secara serentak.
Pengobatan dapat dilakukan dengan berbagai jenis obat anti skabies dengan mempertimbangkan faktor keamanan, efek samping, dan efektivitas obat. Selain pemberian obat anti skabies yang adekuat dapat diberikan obat anti gatal misalnya antihistamin.
5. Moluskum Kontagiosum
Penyakit kulit pada anak ini disebabkan oleh infeksi virus Molluscum contagiosum, yang merupakan bagian dari virus pox. Gejala yang muncul seperti papul atau benjolan licin sewarna kulit atau seperti mutiara. Biasanya, papul muncul di area tubuh dan lipatan serta tidak menimbulkan nyeri. "Saat sistem kekebalan tubuh anak kembali sehat dan muncul kerak atau papul sedikit berkerak, berarti moluskum itu tidak menular lagi," ujar Cheryl Bayart, MD, dari Cleveland Clinic. Infeksi ini pun jarang terjadi pada anak di bawah usia 1 tahun, biasanya lebih banyak dialami anak usia 2-5 tahun.
6. Kutil Virus
Kutil virus adalah pertumbuhan kulit (bukan kanker) yang disebabkan oleh virus human papillomavirus (HPV). Kutil virus ini juga umum terjadi pada anak-anak. Kutil virus dapat menyebar dan menetap pada penderita imunokompromi atau orang yang sistem imunitasnya menurun. Bentuk dari kutil yang muncul tergantung pada lokasinya seperti tangan atau kaki.
7. Impetigo
Impetigo adalah infeksi kulit superfisial yang ditandai dengan kerak berwarna keemasan. Infeksi ini merupakan penyakit kulit tersering ketiga setelah dermatitis dan kutil virus. Anak paling sering terkena impetigo ketika berusia 2-6 tahun. Penyakit kulit pada anak ini disebabkan oleh infeksi bakteri Stafilokokus atau Streptokokus kulit. Impetigo menyebar dan dapat menular melalui kontak langsung dengan penderitanya.
8. Tinea Kapitis
Tinea kapitis adalah infeksi yang terjadi pada kulit kepala yang disebabkan oleh jamur dermatofita. Kondisi ini sangat menular dan dapat terjadi pada semua kelompok umur, tapi paling sering menyerang anak usia 2-10 tahun.
Gejalanya peyakit kulit pada anak ini berupa kulit kepala yang merah dan bersisik, gatal, serta kerontokan rambut. Penyakit kulit pada anak ini menyebabkan kebotakan berkerak, tetapi bisa juga bervariasi tergantung pada kasusnya.
9. Fifth Disease (Eritema Infektiosum)
Biasa disebut juga Slap Face karena penderita terlihat seperti terkena tamparan. Gejala penyakit kulit pada anak ini seperti demam ringan, pilek, timbul ruam di wajah yang melebar ke badan, lengan, hingga kakinya. Saat ruam muncul, demam dan flu yang dialami anak menghilang. Penyebab dari penyakit kulit pada anak ini adalah Parvovirus B19. Pipi mereka jadi agak kemerahan, seperti memakai blush on.
Fifth disease ditularkan melalui cairan hidung, mulut, dan tenggorokan saat anak batuk atau bersin. Biasanya paling rawan terjadi saat pergantian musim. Nah Moms, itulah beberapa penyakit kulit pada anak yang umumnya terjadi. Setelah tahu cara mencegahnya, segera lakukan pencegahan ya Moms!
Jika menemukan gejala-gejala penyakit kulit pada anak seperti di atas, segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai.
Demikian artikel mengenai Ketahui Penyakit Infeksi Kulit Karena Virus Pada Anak, mudah-mudahan apa yang sudah kami sampaikan pada kesempatan ini bisa bermanfaat. Sekian dan terimakasih.
Silahkan tinggalkan komentar Anda di bawah ini :
0 Komentar