Selamat datang di official website TK 17 Teladan Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang

Pemikiran Para Tokoh Kreativitas Anak Usia Dini

 tk17teladan.sch.id - Kreativitas merupakan hal yang penting dimiliki oleh setiap anak. Banyak tokoh-tokoh dunia pemerhati anak yang semakin gencar membuat penelitian tentang Anak Usia Dini, sebagai bentuk mereaktualisasikan konsep kreativitas. 

Pemikiran Para Tokoh Kreativitas Anak Usia Dini Serta Pengembangannya Dalam Perspektif Islam

Kreativitas Anak Usia Dini

Kreativitas dalam bahasa inggris creative merupakan kata sifat yang berarti memiliki daya cipta. Menurut Munandar bahwa kreativitas ialah proses imajinatif yang dapat menghasilkan sesuatu yang nyata, asli dan bermakna (Munandar, 2004). Selain itu, kreativitas disebut juga pemodifikasian atau pengkombinasian sesuatu yang sebelumnya telah ada dengan atau menjadi menjadi konsep yang baru. Ada empat aspek seseorang bias disebut kreatif, yaitu, pribadi kreatif (the creative person), proses kreatif (the creative process), produk kreatif (the creative product), dan lingkungan kreatif (the creative environment). Manusia yang berguna ialah yang dapat memberi manfaat bagi orang lain.

Salah satu aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini ialah kreativitas, karena semua anak kreatif tergantung dari orang-orang sekelilingnya. Menumbuhkan rasa kreatif bisa dilakukan dengan memancing rasa keingintahuan anak, berpikir kritis dan melakukan hal-hal baru. Segala hal yang dilewati oleh anak dalam melakukan, mempelajari, dan menemukan suatu yang baru yang berguna bagi kehidupannya dan orang lain.

Kemampuan anak dalam membuat suatu kombinasi berdasarkan fakta di lapangan serta informasi yang ada merupakan sebuah kreativitas. Kekuatan dalam mendatangkan ide dan suatu produk dan cara baru yang lebih imajinatif dalam memecahkan sebuah masalah, sehingga berguna dalam segala bidang merupakan cara berpikir kreatif. Kreativitas bisa datang kapan saja dan dalam kondisi apapun, begitupun dengan ide dan pikiran anak dalam memecahkan masalah. Dalam hal imajinasi serta kreativitas, anak lebih unggul dibandingkan orang dewasa. Ekspresi serta kreasi yang ditunjukkan anak akan sesuai dengan apa yang anak lihat. Kreativitas anak dapat bertahan tergantung dari peran orang tua dan pendidik dalam menunjang kegiatan anak. Sifat alamiah yang yang dimiliki anak juga harus dipertahankan, seperti rasa keingintahuan, selalu bertanya, dan terpesona akan hal-hal yang baru anak lihat. Sifat-sifat natural tersebut harus tetap dijaga dan dikembangkan, sehingga tidak akan hilang pada diri anak (Mulyani, 2019). Kreativitas sebagai suatu proses Panjang yang akan dilalui anak sebagai satu pijakan, baik dalam melakukan, mempelajari, dan menemukan suatu hal yang baru serta bermanfaat bagi dirinya dan orang lain (Heldanita, 2018). Kreativitas bukan sekedar menciptakan, tapi juga memodifikasi suatu hal menjadi lebih bermanfaat.

Kreativitas dibagi dalam dua kelompok ciri yaitu kognitif dan nonkognitif. Ciri yang pertama yaitu kognitif, diantaranya keaslian (orisinalitas), kelenturan atau bebas (fleksibilitas), kelancaran, dan tekun (elaborasi). Ciri kedua yaitu nonkognitif, diantaranya motivasi sikap dan kepribadian kreatif. Banyak hal yang bisa dilakukan dalam menumbuhkan kreativitas anak, salah satunya yaitu dengan bermain. Kegiatan bermain kreatif dilakukan dalam rangka memberikan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, berkreasi, mengekspresikan perasaanya, baik menggunakan alat permainan maupun tidak, sehingga akan mendatangkan kesenangan bagi anak dan menumbuhkan imajinasi serta kreativitasnya (Hasanah & Priyantoro, 2019).

Jadi, dari penjelasan di atas bahwa kreativitas dapat dipelajari dan dikembangkan oleh siapapun, baik anak usia dini maupun yang lebih dewasa dapat mengembangkannya dan berkreasi sebebasnya. Bedanya anak usia dini dengan anak usia di atasnya ialah, bahwa anak usia dini sangat membutuhkan bimbingan dari orang lain dalam berkreativitas. Selain itu, memfasilitasi anak dalam berkreasi sehingga mendatangkan imajinasi serta fantasi yang tinggi bagi anak.

Tokoh Dan Teori Kreativitas

1. Teori Psikoanalisis

Teori yang menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian, diantaranya yaitu motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Menurut teori ini, bahwa kepribadian berkembang saat terjadi konflik atau masalah yang berkaitan dengan aspek-aspek psikologis. Aspek tersebut umumnya terjadi pada anak usia dini. (Helaluddin & Syawal, 2018). Kepribadian yang dimaksud ialah pengalaman dari orang itu sendiri, masalah-masalah yang terjadi pada psikologisnya.

Teori ini menganggap bahwa proses ketidaksadaran menjadi dasar kreativitas. Kreativitas muncul ketika seseorang dapat mengatasi masalah yang ada. Menurut definisi modern, ada beberapa pengertian tentang psikoanalisis. Diantaranya yaitu:

  • Merupakan suatu ilmu psikologi yang mengutamakan perasaan, faktor kejiwaan tentang tingkah laku manusia, serta pentingya kenangan saat masih anak-anak dalam membentuk kepribadian di masa depan.
  • Merupakan sebuah metode interpretasi dan penyembuhan gangguan mental.
  • Merupakan sebuah model yang membahas tentang perkembangan kepribadian, filosofi sifat manusia dan psikoterapi.

Teori psikoanalisis secara umum melihat dan menyimpulkan kreativitas sebagai hasil dari mengatasi sebuah problem dan dimulai sejak usia dini. Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang diberikan anugerah sebagai makhluk dengan berbagai kreativitas tanpa batas. Sedari lahir, anak sudah dibekali dengan berbagai kreativitas. Saat usianya sudah memasuki usia sekolah, maka anak akan beradaptasi dengan lingkungan yang membuat segala potensinya berkembang. Orang tua serta guru harus membimbing dan mengajarkan anak, agar perkembangannya dapat teroptimalkan dengan baik, terutama kreativitas anak akan terasah lebih baik lagi. Kegiatan anak yang kreatif akan membantu anak mengubah keadaan psikis yang awalnya tidak baik menjadi lebih baik.(Sit et al., 2016).

Berikut beberapa tokoh pencetus Psikoanalisis:

Sigmund Freud

Dalam pemikiran pakar Psikologi, kreativitas yang berada di usia lima tahun awal adalah ciri kepribadian yang dibawa oleh anak. Tokoh yang menganut pemikiran yang sama dengan pakar psikologi yaitu Sigmund Freud. Dia mengemukakan bahwa usaha tidak sadar dalam menghindari kesadaran menyangkut pikiran-pikiran yang tidak menyenangkan disebut proses kreatif dari sudut mekanisme pertahanan. Ada 3 tingkat kepribadian menurut Freud, yaitu:

  • Kesadaran (sadar): segala hal yang disadari terkait dengan makna dalam kehidupan sehari. Bagaimana kita mengambil setiap pelajaran dari suatu hal yang terjadi.
  • Pra-sadar : pra-sadar berada diantara sadar dan tidak sadar. Berada di lapisan jiwa dibawah kesadaran yang membutuhkan sedikit usaha untuk menyadarinya.
  • Ketidaksadaran (tidak sadar) : dalam hal ini, ketidaksadaran merupakan yang penting dan utama dalam teori psikoanalisis, mencakup naluri atau pengalaman dan berisi kenangan yang sulit muncul dalam kesadaran.

Struktur kepribadian menurut Sigmund Freud dibagi dalam tiga bagian yaitu: 1) Id, merupakan suatu sistem kepribadian yang paling mendasar dalam naluri bawaan dan berisi unsur-unsur biologis, termasuk insting bawaan. Selain itu, id juga berfungsi sebagai pusat dari ketidaksadaran pikiran manusia. 2) Ego, ialah bagian dari ketidaksadaran pikiran manusia yang berfungsi sebagai penyalur keinginan dari Id yang berisi keinginan dan dorongan. 3) Superego, ialah sistem kepribadian yang berisi nilai dan aturan yang bersifat evaluatif (baik dan buruk) (Helaluddin & Syawal, 2018).

Ada beberapa teori pertahanan atau mekanisme pertahanan ego yang dibuat oleh Sigmund Freud, yaitu: 1) Refresi, kenangan yang tidak menyenangkan bagi anak, secara tidak sadar akan dilupakan, 2) Kompensasi, penyeimbangan ketidakmampuan anak pada suatu hal secara tidak sadar menonjol pada hal lain, 3) Sublimasi, melakukan kreativitas di bidang seni saat dorongan kemauan tidak mampu di penuhi, 4) Rasionalisasi, percaya dengan suatu kondisi yang bertentangan dengan apa yang diinginkan, 5) Identifikasi, menjadi diri seseorang dengan mengikuti standar orang tersebut menjadi standar diri sendiri, 6) Introjeksi, menerima standar nilai seseorang agar sependapat atau sepaham dengan orang tersebut, 7) Regresi, kembali ke perilaku awal saat perilaku saat ini tidak berhasil, 8) Proyeksi, beranggapan bahwa memiliki perasaan terhadap seseorang yang aslinya kebalikan dari perasaan sesungguhnya. 9) Pemindahan, peralihan perasaan saat takut mengungkapkan perasaan kepada seseorang, 10) Kompartementalisasi, memiliki dua kepercayaan yang saling bertentangan di waktu yang sama. (Helaluddin & Syawal, 2018)

Ernst Kris

Menurut Erns Kris bahwa pertahanan regresi sering muncul saat seseorang berkreasi, sehingga mampu menunjukkannya dari alam pikiran tidak sadar. Dalam ranah lain, bahwa anak yang kreatif adalah dia yang tidak mengalami hambatan seperti anak-anak lain. Dia mampu mempertahankan “sikap bermain” dalam kondisi apapun di kehidupannya. Anak yang kreatif juga mampu melihat masalah yang dihadapi dengan cara berbeda, yaitu dengan pemikiran yang segar dan inovatif. Melakukan regresi yaitu kembali ke keadaan awal saat tidak berhasil dan tidak mendapat kepuasan akan hal yang dia lakukan, demi bertahannya ego. Anak yang mampu menyederhanakan masalah yang ada, bahkan menganggap tidak ada masalah adalah anak yang kreatif. (Sit et al., 2016)

Dalam dunia pendidikan, ada tiga peran yang mendukung kreativitas, yaitu: keluarga, sekolah, masyarakat dan seseorang itu sendiri dalam mengembangkan ide-ide kreatif. Keempat peran ini diharuskan bekerjasama sekaligus bersinergi dalam menumbuhkan sikap serta pengembangan kreativitas. Dibawah ini akan diperjelas mengenai peran dalam kreativitas:

Peran keluarga atau orang tua

Keluarga merupakan sosok yang paling dekat buat anak, yang lebih mengetahui sifat dan tabiat anak sedari lahir. Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak, faktor yang sangat menentukan masa depan perkembangan anak. Pada masa usia dini, anak mempunyai banyak imajinasi-imajinasi dengan dunianya sendiri yang dapat mengembangkan kreativitasnya kelak, tetapi ada keluarga atau orang tua yang menyepelekan hal tersebut. Sehingga banyak anak yang tidak diberi kebebasan dalam berekspresi dan berkreativitas. saat orang tua memberi dukungan, motivasi, dan memberi kebebasan pada anak, maka akan tumbuh rasa percaya diri dalam diri anak. Tetapi tidak terlepas dari pengawasan orang tua serta adanya reward untuk anak sebagai penghargaan atas hasil karya ciptaanya.

Pendidikan dalam lingkungan Sekolah

Dalam lingkungan sekolah, anak akan berkumpul dalam satu kelas dengan berbagai macam sifat dan karakter serta tingkat kreativitas yang berbeda. Guru menjadi panutan bagi setiap anak yang kadang akan diingat dan dipatuhi melebihi kepatuhannya pada orang tua atau keluarga. Dalam pendidikan disekolah, cenderung berorientasi pada akademik saja.

Pendidikan dalam lingkungan masyarakat

Selain lingkungan keluarga dan sekolah, anak akan bermain dengan teman-temannya di lingkungan masyarakat. Berbaur menjadi anggota masyarakat dan mendapat hak yang sama seperti orang dewasa. Dalam beberapa kasus, banyak anak yang mendapat perlakuan berbeda ditengah masyarakat. Seperti kasus pembullyan dan anak merasa terkucilkan. Hal-hal semacam ini bisa jadi penghambat bagi anak, karena akan terasa berbeda. Sehingga, kebebasan untuk berkreativitas dengan yang lain akan terhalang (Yulianti, 2014).

Carl Jung

Menurut teorinya bahwa dalam meningkatkan kreativitas, alam ketidasadaran sangat berperan penting dan dibentuk oleh masa lalu pribadi.

Anak secara tidak sadar akan terpengaruh oleh ingatan pengalaman yang sangat berbekas. Sehingga adanya penemuan, seni, teori dan hasil karya lainnya dengan adanya kesadaran kolektif. Masa lalu sangat berpengaruh terhadap masa depan anak, terutama pengalaman-pengalaman yang sulit untuk dilupakan. Kreativitas anak akan ikut terpengaruh dengan hal-hal yang pernah terjadi, baik itu berefek baik maupun berefek buruk. (Sit et al., 2016).

2. Teori Humanistik

Teori yang memberikan pengetahuan tentang proses pembelajaran yang akan di lakukan atau dilalui oleh manusia tersebut. Kenyataannya, lebih banyak mengulas tentang proses belajar dan Pendidikan yang tepat. Hal yang perlu ditekankan bahwa kreativitas ialah hasil dari kesehatan jiwa. Kreativitas tidak hanya terbatas dalam rentang usia lima tahun pertama, tapi dapat berkembang selama seseorang tersebut hidup.

Dalam teori ini dijelaskan bahwa tujuan belajar adalah untuk memperlakukan manusia layaknya manusia. Maksudnya bahwa suatu pembelajaran akan dianggap berhasil saat seseorang tersebut dapat memahami lingkungan serta dirinya sendiri. Dalam proses belajar, seseorang harus mencoba agar mampu mencapai perwujudan diri dengan lebih baik dan mampu melihat perilaku belajar dari sudut pandangnya, bukan dari sudut pandang orang lain. Maksudnya bahwa pentingnya mengaktualisasikan diri, mengenal diri sendiri dan pentingnya menghargai apa yang dia miliki. Bagaimana anak dapat memposisikan dirinya di lingkungan tempat dia berada (Arbayah, 2013). Berikut tokoh-tokoh kreativitas yang paham teori humanistik:

Abraham Maslow

Maslow mengungkapkan tentang manusia yang mempunyai keunikan dalam membuat pilihan sekaligus melaksanakannya. Dalam teori hirarki terdapat dua bentuk kebutuhan yang dapat memotivasi individu (anak), yaitu kebutuhan dasar dan kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang. Menurutnya manusia mempunyai tingkah laku dasar yang nyata sebagai bentuk kebutuhan yang sudah ada sebelumnya dan kemudian muncul pada saat dia lahir kedunia. Selain itu, kebutuhan tingkat tinggi berkembang sebagai hasil dari proses kematangan. Kebutuhan tersebut seperti kebutuhan fisik, rasa aman, rasa dimiliki dan dicinta, penghargaan, aktualisasi sebagai perwujudan diri, dan estetik. (Sit et al., 2016).

  • Kebutuhan Primitif atau fisik yaitu kebutuhan dalam bertahan hidup. Seperti halnya membutuhkan makan, minum dan udara.
  • Kebutuhan akan rasa aman, yaitu lanjutan dari primitif. Saat manusia bisa bertahan hidup, maka manusia juga membutuhkan rasa aman tentram dan bebas dari berbagai ancaman.
  • Kebutuhan untuk ingin dimiliki dan rasa cinta terhadap prang yang dicintai.
  • Kebutuhan untuk dihargai dan diperlakukan baik oleh orang lain
  • Kebutuhan aktualisasi diri, atas pengembangan dan aktualisasi potensi atau kemampuan yang dimiliki sebagai manusia.
  • Kebutuhan estetika, yang berupa kesenian, keindahan dan bagian dari sumbangan atau pemberian aspirasi yang bermakna bagi sesama.

Keenam hal tersebut saling berhubungan antara kebutuhan satu dengan yang lain. Dimana anak dapat termotivasi dari kebutuhan-kebutuhan tersebut. Anak akan merasa kehilangan dirinya jika ada salah satu dari kebutuhan tersebut belum tercapai atau belum terpenuhi. Tugas guru sebagai penganalisis yang dapat memberikan bantuan atau saran sebagai jalan dalam anak menggapai kebutuhan tersebut (Yuliandri, 2017).

Carl Ransom Rogers

Seorang psikolog yang dalam teorinya mementingkan sikap untuk bisa menghargai antar sesama dan tidak berperasangka apapun saat membantu orang lain dalam menyelesaikan persoalan hidupnya. Maksudnya bahwa, dia memahami bahwa diri seorang individu ada pada dirinya sendiri dan orang lain hanya membantu. Saling menghargai sesama makhluk hidup tanpa ada prasangka yang membuat orang lain berbeda. Hal tersebut sebagai aktualisasi diri dari individu tersebut sebagai wujud pemeliharaan diri atau pengenalan diri (Arbayah, 2013).

Penyebab dari kecemasan psikologis adalah inkongruensi yaitu konsep diri seseorang sering tidak pasti. Adanya tabrakan dalam diri seseorang antara real self dengan ideal self. Sewaktu-waktu akan menerima diri sendiri apa adanya dan di satu waktu tidak. Hal tersebut dikarenakan adanya interaksi seseorang tersebut dengan orang lain. (Sumantri & Ahmad, 2019). Dalam hal ini, pilihan yang anak atau individu inginkan tidak sesuai dengan pilihan yang orang lain inginkan. Anak tidak bisa mengaktualisasikan konsep dirinya, sehingga muncullah kecemasan atau anak bisa stres jika hal tersebut terjadi.

Menurutnya bahwa pribadi yang unik akan memunculkan kreativitas anak. Pada lingkungannya. Kondisi internal dalam diri seseorang yang hidup kreatif dibagi menjadi tiga, yaitu kemampuan dalam menilai situasi, keterbukaan akan pengalaman dan kemampuan dalam bereksperimen. Anak membutuhkan kesehatan psikologis yang sangat baik sebagai dorongan dalam menghasilkan karya-karya kreatif dan hidup secara kreatif pula (Sit et al., 2016). Prinsip-prinsip belajar humanistik yang sangat penting, dalam bukunya “Freedom to Learn” yaitu:

  • Kemampuan manusia dalam belajar secara alami. Dimanapun dan kapanpun, anak belajar sesuai dengan batin dan kemauannya.
  • Pembelajaran akan bermakna, apabila anak mempunyai relevansi dengan tujuannya sendiri.
  • Melibatkan adanya perubahan dalam menanggapi dirinya, sehingga apabila mengancam akan cenderung ditolak.
  • Pekerjaan yang sangat mudah dirasakan dapat mengancam diri, saat ancaman yang datang semakin hilang.
  • Pengalaman bisa didapat dengan melakukan berbagai macam usaha, apabila ancaman dalam diri anak rendah
  • Belajar yang bermakna akan didapatkan saat anak mulai melakukannya.
  • Anak yang dilibatkan langsung dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab akan membuat proses belajar berjalan dengan lancar.
  • Cara agar dapat menghasilkan pembelajaran yang mendalam adalah dengan melibatkan anak seutuhnya dalam belajar atas inisiatif dirinya.
  • Cara kedua yang juga penting yaitu anak dibiasakan untuk mengkritik dirinya dan juga dari penilaian orang lain. Sehingga kreativitas akan mudah dicapai oleh anak baik itu kepercayaan diri dan kebebasan
  • Belajar terbuka terus menerus pada pengalaman mengenai perubahan, sangat berperan penting secara menyeluruh dalam dunia modern ini (Sumantri & Ahmad, 2019).

Cziksentmihalyi

Menurut teori ini, diyakinkan bahwa faktor utama dalam memudahkan munculnya kreativitas adalah sifat yang dibawah dari keturunan untuk ranah tertentu.

Selain sifat bawaan, faktor lain seperti minat, keberuntungan, keahlian dalam berkomunikasi dengan setingkat juga memiliki ranah di bagian tersendiri dalam menjadi faktor munculnya kreativitas. Tentunya keempat faktor tersebut saling berkesinambungan satu sama lain.

Cziksentmihalyi menyebutkan 10 ciri-ciri anak yang kreatif, yaitu: 1) Memiliki energi fisik yang memungkinkan anak bekerja lama dengan konsentrasi, tapi tetap tenang, 2) Cerdas dan cerdik, 3) Membutuhkan kerja keras, keuletan dan ketekunan, 4) Menumbuhkan imajinasi dan fantasi tapi tetap bersandar pada realita yang ada, 5) Dapat menunjukkan kecendrungan intoversi maupun ekstroversi, 6) Selalu rendah diri dan bangga terhadap hasil karyanya, 7) Dapat melepaskan diri dari pikiran perbedaan gender, 8) Lebih menyukai kemandirian dan sesuatu yang menantang, tapi tetap bisa tradisional dan konservatif, 9) Selalu bersemangat dengan karyanya, 10) Selalu terbuka dan sensitif atas hasil karyanya, sehingga dapat membuatnya terluka jika di kritik dan Bahagia jika karyanya di perhatikan. (Muharwati, 2014).

3. Teori Kognitif

Teori Kognitif sudah terkenal dengan berbagai pemikiran serta cabang ilmu. Teori ini melihat kreativitas sebagai proses kemampuan kognitif, terutama kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah. Tokoh utama teori ini adalah Piaget, Vygotsky dan Burner.

Jean Piaget

Setiap manusia pada dasarnya mengalami perkembangan dalam tingkat berpikirnya melalui tahapan-tahapan yang rumit yang ditandai dengan pemilihan konsep yang merupakan strategi pada saat berinteraksi dengan lingkungannya (Howard S. Friedman, 2008). Proses perkembangan kognisi yang dijalani anak sampai akhirnya menyamai orang dewasa. Seperti dalam permainan, anak mengalami perubahan mulai dari sensorimotor, bermain khayal sampai pada bermain sosial yang tentunya disertai aturan bermain. Proses berpikir anak tidak akan terhenti sampai usia anak, tetapi pola piker anak akan terus meningkat sesuai dengan berkembangnya usia serta pertumbuhan anak sampai dewasa.

Pengetahuan berkembang terus-menerus dan tidak ada habisnya, rasa penasaran yang selalu datang terutama dalam diri anak. Dalam proses tersebut keaktifan anak untuk mengetahui sesuatu sangat berperan dalam perolehan dan perkembangan pengetahuannya. Pengetahuan akan sangat berperan penting dalam kreativitas anak, sehingga menghasilkan anak yang kreatif. Peran guru juga sangat penting dalam membimbing anak (Dewi, 2013).

Vygotsky

Tokoh ini berpendapat bahwa bermain sangat penting dalam perkembangan anak secara menyeluruh, baik itu secara kognisi maupun social dan emosional anak. Perkembangan anak tidak hanya satu yang perlu dikembangkan, tetapi segala aspek perkembangan saling terkait. Jadi, jika kognisi saja yang dikembangkan maka perkembangan yang lain akan cacat (Sit et al., 2016).

Pengalaman personal atau pribadi dan sosial tidak bisa dipisahkan, karena anak-anak memperoleh kemampuan baru ketika berinteraksi dengan lingkungan sosial. Kreativitas anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Pengalaman dari dirinya akan dikembangkan melalui interaksinya dengan lingkungannya. Sehingga kreativitas anak akan meningkat, tidak hanya dari faktor bawaan tetapi juga melalui interaksi dengan orang lain di lingkungan sosial. Kemampuan kognitif dilakukan melalui kata, Bahasa, dan bentuk diskursus yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu mentransformasikan aktivitas psikologisnya. (Dewi, 2013)

Bruner

Hal yang ditekankan oleh Bruner ialah fungsi dari bermain, sebagai wadah dalam mengembangkan kreativitas dan fleksibilitas anak. Menurutnya, hasil akhir bukan segala-galanya bagi anak, tetapi makna dari bermainnya. Bagaimana anak bermain serta bereksperimen dengan menggabungkan perilaku baru. Bermain bagi anak sangat penting, karena dengan bermain anak mendapat banyak hal dan pengoptimalan berbagai aspek perkembangannya, sehingga dapat memupuk atau meningkatkan kreativitas anak secara lebih menyeluruh.

Sumber : Pemikiran Tokoh-Tokoh Kreativitas Anak Usia Dini Serta Pengembangannya Dalam Perspektif Islam, Yuyun Ayu Lestari, Hibana, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Silahkan tinggalkan komentar Anda di bawah ini :

0 Komentar