Selamat datang di official website TK 17 Teladan Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang

Meningkatkan Perkembangan Sosial Anak

 tk17teladan.sch.id - Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan pra-sekolah, yang membantu perkembangan dan pertumbuhan jasmani dan rohani anak sedini mungkin. Berdasarkan undang-undang RI No. 20 tahun 2003 Bab I ayat 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah: "Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut".

Meningkatkan Perkembangan Sosial Anak

Dalam kenyataan sekarang ini sering dijumpai bahwa perkembangan sosialisasi anak kurang dilatih. Hal itu disebabkan karena orang tua sibuk bekerja dan juga sering kali memanjakan anaknya dengan memberikan fasilitas kepada anaknya seperti gadget, tanpa mereka sadari bahwa anak juga perlu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. orang tua harus memberikan kegiatan untuk menunjang perkembangan sosialisasi anak, misal berkomunikasi dengan keluarga, teman sebaya dan orang-orang di lingkungan sekitarnya.

Kemampuan Besosialisasi

Pengertian Sosialisasi

Menurut Susanto (2011:14) perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma kelompok, moral, dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi, dan bekerjasama. Sedangkan Santoso (2006:3) definisi sosialisasi sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil interaksi dari lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai aturan norma yang berlaku. Lain lagi Idi (2011:100) Sosialisasi adalah suatu proses belajar atau pembelajaran bagi setiap orang tentang segala sesuatu di dalam masyarakat agar nanti dapat hidup dengan layak di tengah masyarakat.

Lain lagi Masitoh dkk, (2005:11) mengatakan bahwa perkembangan sosial adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan masyarakat dimana anakanak itu berada. Sedangkan Ahmadi (2007:154) Proes Sosialisasi adalah suatu proses akomodasi dengan mana itu individu menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil oper cara hidup atau kebudayaan masyarakat. Menurut Gunarti dkk, (2008:1.14) sosialisasi merupakan suatu proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri sesuai dengan keinginan yang berasal dari dalam diri.

Beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial adalah proses dimana individu belajar untuk menyesuaikan diri dan masuk kedalam dunia sosial dan dimana individu tersebut mampu saling berkomunikasi dan bekerjasama.

Aspek Perkembangan Sosial

Aspek perkembangan sosial meliputi dua aspek penting yaitu:

  1. Kompetensi sosial, menggambarkan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan sosialnya secara efektif. Misalnya, ketika temannya menginginkan mainan yang sedang ia gunakan ia mau bergantian.
  2. Tanggung jawab sosial, ditunjukkan dengan komitmen anak terhadap tugas-tugasnya, menghargai perbedaan individual, memperhatikan lingkungannya, dan mampu menjalankan fungsinya sebagai warga negara yang baik. Misalnya, anak mau menyelesaikan tugas menggambarnya. Tentu saja perkembangan sosial anak tersebut berjalan secara bertahap.

Sebagai bagian dari masyarakat, anak dituntut dapat hidup bermasyarakat dengan baik. Sebagai proses sosialisasi, anak perlu mendapatkan proses belajar bermasyarakat. Anak selanjutnya bersosialisasi pada pendidikan formal di sekolah, dimana mereka menuntut ilmu pengetahuan. Ketika pada awal masuk sekolah, kemungkinan anak ada yang menangis dan tidak betah di sekolah bila tidak diantar atau didampingi orang tua. Hal ini merupakan suatu proses adaptasi anak terhadap lingkungan sekolah yang berbeda dengan lingkungan keluarga di rumah. Di sekolah anak berinteraksi dengan guru, teman, dan karyawan sekolah. Dari proses sosialisasi anak di sekolah anak akan membentuk kepribadian untuk tekun dan rajin belajar, memiliki cita-cita ataupun bisa meningkatkan interaksi anak untuk berinteraksi dengan teman-teman, guru ataupun karyawan sekolah.

Pengembangan Sosial Melalui Tahapan Bermain Sosial

a. Sikap sosial

Bermain dapat mendorong anak untuk meningkatkan pola berfikir egosentreisnya. Dalam situasi bermain anak "dipaksa" untuk mempertimbangkan sudut pandang teman bermainnya sehingga anak kurang egosentris. Dalam permainan, anak belajar bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Mereka mempunyai kesempatan untuk belajar menunda kepuasan sendiri selama beberapa menit, misalnya saat menunggu giliran bermain. Sehingga dapat terdorong untuk belajar berbagi, bersaing dengan jujur, menang atau kalah dengan sportif, mempertahankan haknya, dan peduli terhadap hak-hak orang lain. Lebih lanjut anak pun akan belajar makna kerja tim dan semangat tim.

b. Belajar berkomunikasi

Untuk dapat bermain dengan baik bersama orang lainanak harus bisa mengerti dan dimengerti oleh teman-temannya. Hal ini mendorong anak untuk belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik, bagaimana membentuk hubungan sosial, bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam hubungan tersebut.

c. Belajar mengorganisasi

Saat bermain bersama orang lain, anak juga berkesempatan belajar berorganisasi. Bagaimana anak harus melakukan pembagian "peran" dinatara mereka yang turut serta dalam permainan tersebut, misalnya siapa yang menjadi guru dan siapa.

d. Lebih menghargai orang lain dengan perbedaan-perbedaan

Bermain memungkinkan anak mengembangkan empatinya. Saat bermain dalam sebuah peran, misalnya anak tidak hanya memerankan identitas tokoh, tetapi juga pikiran-pikiran dan juga perasaan-perasaan tokoh tersebut. Permainan membantu anak membangun pemahaman yang lebih baik atas orang lain, lebih toleran, serta mampu berlapang dada terhadap perbedaanperbedaan yang dijumpai.

e. Menghargai harmoni dan kompromi

Saat dunianya semakin luas dan kesempatan berinteraksi semakin sering dan bervariasi maka akan tumbuh kesabarannya akan makna peran sosial, persahabatan, perlu menjalin hubungan serta perlu strategi dan diplomasi dalam hubungan orang lain. Anak tidak akan begitu saja merebut mainan teman, misalnya anak akan tau akan konsekuensi ditinggalkan atau dimusuhi.

Perkembangan Bermain Yang Mencerminkan Tingkat Perkembangan Sosial Anak

Menurut Nirwana (2011:190-193) dalam Milddred ia berpendapat bahwa perkembangan bermain anak ditentukan berdasarkan tingkat perkembangan sosial tahapannya meliputi:

a) Unoccupeid Play, yaitu anak- anak tidak benar- benar terlibat dalam satu permainan, ia hanya mengamati kejadian disekitarnya yang menarik, apabila tidak ada hal yang menarik baginya maka ia akan meninggalkan permainan itu dan menyibukkan diri dengan hal lain, misalnya memainkan tubuhnya atau melakukan seseuatu yang tidak jelas.

b) Solitary play (Bermain Sendiri), yaitu anak akan sibuk bermain sendiri, dan terlihat tidak memperhatikan temannya yang lain. Biasanya ini akan terjadi pada anak yang masih muda. Disini anak akan memperhatikan dirinya sendiri dan tidak ada usaha untuk berinteraksi dengan temannya. Ia akan merasakan kehadiran temannya, jika ia merasa terganggu. Misalnya, temannya merebut permainannya.

c) Onlooker Play (Pengamat), yaitu anak suka mengamati anakanak lain yang sedang bermain dan terlibat adanya minat yang semakin besar terhadap yang diamati. Anak yang senang mengamati biasanya mereka yang berumur dua tahun. Pada anak yang belum mengenal lingkungan baru, sehingga mereka tidak malu jika langsung bergabunng bermain dengan teman yang belum mereka kenal. Biasanya anak tipe pengamat ini akan malu-malu dan tampak ragu-ragu untuk bergabung bermain bersama, ia hanya akan menjadi pengamat walau terkadang sedikit-dikit ia ikut bermain bersama. Pengamatan yang dilakukan anak dalam segala bentuk, mulai dari perilaku dan bentuk interaksinya.

d) Paralel Play (Bermain Paralel), yaitu kegiatan bermain yang dilakukan oleh dua anak atau lebih tetapi permainan mereka tidak berhubungan. Mereka melakukan hal yang sama tetapi dilakukan sendiri-sendiri. Mereka sibuk dengan permainannya sendiri-sendiri tetapi sebenarnya mereka tidak saling berinteraksi. Kegiatan mereka paralel tetapi tidak bekerja sama. Contohnya adalah, dalam sekelompok anak ada yang bermain mobil-mobilan, bermain balok, dan bermain sepeda, mereka bermainn di tempat yang sama dan saling berdekatan tetapi mereka melakukan hal itu sendiri-sendiri seolah-olah mereka bermain sendiri tanpa teman.

e) Associate Play (Bermain Asosiatif), yaitu kegiatan bermain tetapi anak belum terlibat kerja sama, namun sudah ada interaksi. Misalnya, saling tukar atau saling meminjam mainan. Permainan ini memamng mengajarkan interaksi pada anak, tetapi tidak mengajarkan untuk bekerja sama karena anak-anak akan mengerjakan permainannya masing-masing. Kegiatan bermain seperti ini biasannya dilakukan oleh anak-anak prasekolah dan biasannya kegiatan ini dilakukan di sekolah atau TK.

f) Cooperative Play (Bermain Bersama) yaitu permainan yang di dalamnya terdapat pembagian tugas dan pembagian peran antara anak satu dengan yang lainnya. Maksud dari permainan kerjasama ini adalah untuk mencapai tujuan yang sama. Misalnya, bermain pasar-pasaran. Disitu ada yang berperan sebagai penjual dan pembeli. Atau bermain polisi-polisian (yang biasa dilakukan oleh anak laki-laki), disitu ada yang berperan sebagai polisi dan pencurinya. Permainan seperti ini biasanya dilakukan anak-anak yang berusia 5 tahunan. Permainan ini sangat bagus sekali karena ini merupakan sarana anak untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan anak yang lain.

Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia Dini

Menurut Nugroho dan Rachmawati (2006: 2.18), perkembangan sosial anak pada masa ini anak sudah mulai menunjukkan minat terhadap kelompok yang makin besar, mulai membentuk kelompok (geng) peran teman sebaya pada masa ini sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak. Pengaruh yang ditimbulkan pada perkembangan sosialisasi anak diantaranya adalah:

  • Membantu anak untuk belajar bersama dengan orang lain dan bertingkah laku yang dapat diterima oleh kelompok.
  • Membantu anak mengembangkan nilai-nilai sosial lain diluar orang tua.
  • Membantu mengembangkan kepribadian yang mandiri dengan mendapatkan kepuasan emosional dan rasa berkawan.

Sumber : Upaya Meningkatkan Perkembangan Sosial Anak Dengan Metode Bermain Peran Untuk Kelompok B Di Kb-Tk Islam Permata 1 Semarang, Fisi Qorifana dan Dwi Prasetiyawari D.H.

Silahkan tinggalkan komentar Anda di bawah ini :

0 Komentar